web widgets

Sabtu, 31 Agustus 2013

Tokoh Syi'ah Indonesia

Da’i Televisi, Ustadz Othman Omar Shihab

Othman Omar ShihabOthman Omar Shihab adalah tokoh Syi’ah yang sering muncul di televisi, yakni program acara “Iqra’” di Trans TV dan “Titian Qalbu” di TV One. Kesan kesantunannya menutupi hakikat bahwa dirinya adalah seorang Syiah tulen.
Beberapa videonya saat mengisi tabligh peringatan Asyura bisa ditemui di Youtube. Bersama asatidz lain ia menulis buku Sentuhan Qolbu Curhat

Wartawan IRIB, Saleh Lapadi
Saleh LapadiSaleh Lapadi menyelesaikan pendidikan di Sorong Irian Jaya Barat, kota kelahiran, ia melanjutkan menjadi santri selama 7 tahun di Bangil. Di pesantren Al Ma’had Al Islami yang sering dikenal dengan nama YAPI. Husein Al Habsyi adalah sebagai pendiri pesantren Syiah tersebut.
Setelah selesai di YAPI ia melanjutkan luar negeri, tepatnya di kota Qom Iran. Saat ini  menyelesaikan S2 di sana.
Ia bekerja sebagai wartawan Iran Indonesian Islamic Republic of Iran Broadcasting. Faceboknya ada di https://www.facebook.com/salehlapadi

Anggota MUI DR. Khalid Al Walid, MA
DR-Khalid-Al-Walid
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.
Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.
Tahun 2008 lalu, saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada bagian akhir acara, bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah?”
“Jangan salah duga,” lanjut Azyumardi Azra.
“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Sekolah Pascasarjana UIN tersebut.
Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.
Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi Dewan Syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI) yang menaungi kelompok Syiah di Indonesia.
Namun, September lalu, Ustadz Cholil Ridwan juga mengatakan, tidak ada pengurus MUI Pusat bernama Khalid Walid. Ketika ditanyakan,  apa kemungkinan ada nama Khalid Walid, seorang lulusan Qom, Iran, Cholil mengatakan tidak ada lulusan Qom di MUI.
Sementara itu, dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.

Dosen dan Pengusaha DR. Haidar Bagir

Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.
Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).
Bersama Jalaluddin Rakhmat, dia juga mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.
Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.

Dosen UIN DR. Muhsin Labib
Muhsin Labib
Muhsin Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.
Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.

Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”

Penulis Dina Y Sulaiman
Dina Y. Sulaeman, lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang. Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.
Sejumlah buku telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, dan Journey to Iran. Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website.
Suaminya, Otong Sualeman, adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.

Penyanyi Haddad Alwi
Ia adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoyibah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.
Dalam kunjungannya ke pengungsian Syiah di Sampang, 29/9/2012, ia mengatakan, “Nggak ada orang mau masuk surga tidak diuji, Rasulullah tidak jauh dari kita, dan jangan ragu Rasullulah tidak sayang sama kita. Penderitaan Rasullulah lebih berat ujiannya daripada ujian kita.”
Mengenai nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar) itu juga nyanyian, hanya berbahasa Arab. Kalau nyanyian berbahasa Indonesia, Inggeris atau lainnya yang biasanya berkisar tentang cinta, pacaran dan sebagainya, misalnya dinyanyikan di masjid, orang sudah langsung faham bahwa itu tidak boleh.
Nyanyian cinta-pacaran seperti itu justru kesalahannya jelas. Orang langsung tahu. Sebaliknya, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, kalau itu mengandung kesalahan (dan memang demikian), justru orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, dan menyebut nama sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyebut Al-Quran dan sebagainya.
Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar):
Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib.
Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”

Penulis, Prof. DR. Jalaluddin Rahmat
Jalaluddin Rahmat
Jalaludin Rahmat bisa dikatakan sebagai tokoh sentral Syi’ah Imamiyah di Indonesia. Gelar Guru Besar yang disandangnya merupakan bagian dari taqiyah, sebagaimana dijelaskan oleh Surat Rektor Unpad dengan Nomor: 9586/UN6.RKT/KU/2012, perihal: Klarifikasi Mengenai Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat, tertanggal 23 April 2012 yang menyatakan bahwa Jalaluddin Rakhmat, belum memiliki gelar Guru Besar di Universitas Padjadjaran; dan untuk gelar Doktor (Dr), secara administratif belum menerima ijazahnya.
Ia mengaku lahir di keluarga Nahdhiyin, ia dididik dan bersekolah di Madrasah Diniyah di Bandung. Saat SMA ia bergabung dengan kelompok kajian PERSIS, dan terlibat dalam pemikiran filsafat. Saat kuliah ia mengaku bergabung dengan Muhammadiyah, dididik di Darul Arqam Muhammadiyah dan pusat pengkaderan Muhammadiyah.
Tahun 1983-1985, ia mulai memberikan kajian di kampus-kampus Bandung. Awalnya, kajian-kajian tersebut adalah kajian pergerakan Islam yang kemudian ia berbalik menjadi pengikut dan pendakwah Syi’ah.
Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Ia juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir dan Umar Shahab, MA.
Selain itu ia mendirikan dan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung.
Ia banyak menerbitkan buku tentang komunikasi dan Syiah: Psikologi Komunikasi (1985), Islam Alternatif (1986), Islam Aktual (1991), Renungan-Renungan Sufistik (1991), Retorika Moderen (1992), Catatan Kang Jalal (1997), Reformasi Sufistik (1998), Jalaluddin Rakhmat Menjawab Soal-Soal Islam Kontemporer (1998), Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik (1999), Tafsir Sufi Al-Fâtihah (1999), Rekayasa Sosial: Reformasi Atau Revolusi? (1999), Rindu Rasul (2001), Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih (2002), Psikologi Agama (2003), Meraih Kebahagiaan (2004), Belajar Cerdas Berbasiskan Otak (2005), Memaknai Kematian (2006), Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran dalam Menyikapi Perbedaan (2006), ‘Khalifah Ali ibn Abi Thalib, Rintihan Suci Ahl-bait, Fathimah Azzahra, Tafsir bi Al-Ma’sur, Zainab al-Qubra, Keluarga Muslim dalam masyarakat Moderen, Komunikasi Antar Budaya, Madrasah Ruhaniah: Berguru Pada Ilahi Di Bulan Suci (Mizan Pustaka, 2005), SQ for Kids (Mizan Pustaka), The Road to Allah (Mizan Pustaka), Khotbah-khotbah di Amerika (Rosdakarya Bandung), Menyinari Relung-relung Ruhani: Mengembangkan EQ dan SQ Cara Sufi (IIMAN dan Penerbit Hikmah, 2002), dan O’Muhammadku: Puisi Cinta Untuk Nabi (Muthahhari Press, 2001).
Pada 29 Agustus 2012 lalu, Jalaluddin Rahmat mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura.
“Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin.

Sumber :
http://forum-unand.blogspot.com/2013/06/diantara-tokoh-syiah-indonesia.html

Sejarah Agama Syi'ah

Sejarah Agama Syi’ah

  revolusi-iran-1979
Abu Umar Abdul Aziz
Revolusi Iran telah menyilaukan banyak kaum muslimin di dunia. Sebab banyak  generasi Islam yang tidak memahami inti dan tujuan dari revolusi ini. Agama Syi’ah adalah satu-satunya agama di dunia yang mewajibkan pengikutnya agar merahasiakan keyakinan mereka, mengikuti para Imam Syi’ah, dan menasehatkan agar inti ajaran ini disembunyikan.
 Telah banyak diantara kita yang tertipu, ketika melihat mereka shalat, mengucapkan dua kalimat syahadat, melawan Amerika, dan lain-lain. Tanpa pernah meneliti sumber-sumber ajaran mereka. Disaat kaum muslimin memberikan simpati kepada Syi’ah ini. Di negeri mereka (Iran dan Irak) para ulama mereka menfatwakan kewajiban untuk membunuh kaum muslimin ahlus sunnah.
 Disaat kaum muslimin mendemo Amerika untuk mendukung Iran, wanita Muslimah di Irak mereka bunuh di tengah perkampungan, dan mesjid kaum sunni mereka robohkan.  Inikah balasan dari simpati yang kita berikan, kaum seperti inikah yang akan kita jadikan saudara? Dan agama seperti inikah yang akan kita bela? Seperti apakah agama ini sebenarnya? Insya Allah kami akan membagi tulisan ini dalam dua kali terbit.
 Yang pertama adalah sejarah awal berdirinya agama Syi’ah dan yang kedua adalah prinsip-prinsip dasar yang membedakan antara ahlisunnah dan Syi’ah.
 Semenjak hari pertama Rasulullah berdakwah kepada Allah, kaum musyrikin menentang agama Islam memfitnah dan membunuh para pengikutnya. Permusuhan ini telah berlangsung dan akan berlangsung sepanjang sejarah, sampai hari kiamat.
 Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
 “Mereka akan tetap memerangi kamu, sehingga mereka menarik kembali kamu dari agama kamu, seandainya mereka dapat melakukan.” (Qs. Al-Baqarah 2: 217)
Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meninggal, agama Islam telah tersebar luas di semenanjung Arab. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar radiyallahu ‘anhum, berkali-kali terjadi perluasan daerah. Dan umat Islam dapat mengalahkan dua negara adikuasa pada saat itu yaitu kerajaan Persia dan Romawi.  Masih pada jaman pemerintahan Umar bin Khatab, satu demi satu benteng-benteng di Persia jatuh. Dimulai dari “Hurmuzan” (salah seorang pembesar Persia) yang pura-pura masuk Islam setelah kekalahan Persia, lalu diikuti oleh orang-orang Iran lainnya. Mereka pura-pura masuk Islam tetapi menyimpan tipu daya dan rencana jahat mereka. Tindakan balas dendam pertama mereka adalah membunuh Umar bin Khatab radiyallahu ‘anhu. Mengapa? Karena Umar radiyallahu ‘anhu lah khalifah yang pertama kali mematikan api agama Majusi, menghapus agama mereka dan menghilangkan kebanggaan mereka. Tentu saja bersama Orang Persia Ikut pula orang-
orang Yahudi dan Nasrani karena Umar radiyallahu ‘anhu lah manusia yang telah mengusir oang Yahudi terakhir dari Arabia dan ia pula yang telah membebaskan negeri Syria dari kezaliman orang-orang Romawi yang Nashrani.
Dan pada hari Umar radiyallahu ‘anhu terbunuh, Abdurrahman bin Abu Bakar melihat Abu Lu’lu’ah, Hurmuzan dan Jufainah saling berbisik-bisik. Ketika mereka melihat Abdurrahman, jatuhlah sebilah senjata tajam bermata dua dari balik jubah salah seorang mereka. Dan telah tertulis dalam sejarah kalau yang membunuh Umar adalah Abu Lu’lu'ah.
Rasa permusuhan orang Iran kepada Umar radiyallahu ‘anhu tetap hidup walaupun beliau sudah meninggal, mereka menjadikan cacian dan makian terhadap Umar radiyallahu ‘anhu  sebagai ibadah terbesar kepada Allah, bahkan menganggap hari terbunuhnya Umar sebagai hari raya, hari kebanggaan, hari penghormatan, hari zakat. Bahkan mereka memanggil pembunuh Umar radiyallahu ‘anhu dengan panggilan Baba Syuja'uddin (Bapak Pembela Agama).
Dan ketika umat Islam menaklukkan Iran, mereka mengawinkan Husein bin Ali dengan putri raja Iran yang bernama Jazdajrij yang datang bersama tawanan-tawanan. Perkawinan tersebut menjadi sebab mengapa orang Iran bersikap fanatik terhadap Husein, tetapi tidak terhadap Hasan, yakni karena anak Husein dari Syahbanu berdarah Iran dari dinasti Sasanid yang dianggap keramat oleh mereka.
Ketika terjadinya kesalah pahaman antara Ali dan Muawiyah radiyallahu ‘anhum, orang-orang Yahudi dan Majusi memakai kesempatan tersebut untuk memecah belah umat I slam dan menimbulkan permusuhan di antara mereka. Dengan memakai intrik kotor ala Yahudi seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Saba'.
Abdullah bin Saba'
Abdullah bin Saba' asalnya seorang Yahudi dari San'a (ibu kota Yaman), ibunya seorang wanita kulit hitam. Ia masuk Islam pada masa kekhalifahan Ustman radiyallahu ‘anhu.  Orang ini menaruh dendam terhadap Islam karena berhasil melenyapkan kekuasaan dan mengusir bangsa Yahudi dari Tanah Arab. Ia hidup berpindah-pindah tempat dari Hijaz, kemudian ke Basra, lalu ke Kufah, lalu ke Syam. Di setiap tempat yang ia kunjungi ia selalu berusaha menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Namun karena tidak mendapat tanggapan dari kaum muslimin disana. Lalu ia pergi ke Mesir. Disana beliau banyak mendapatkan pengikut dan mengajarkan ajaran “inkarnasi”beliau mengatakan kepada masyarakat; ” Saya sungguh heran dengan orang yang mengatakan bahwa kelak Isa akan kembali lagi, sedang mereka tidak percaya akan kembalinya Ali dikemudian hari.... Ali lah yang lebih patut untuk kembali ke dunia ini dari pada Isa...”
Pengikut-pengikut Abdullah bin Saba' mengatakan bahwa inkarnasinya Ali adalah bagian dari ketuhanan Ali radiyallahu ‘anhu. Mereka percaya bahwa Ali radiyallahu ‘anhu tidak mati karena mengandung ketuhanan. Ali radiyallahu ‘anhu lah yang membawa awan, petir adalah suara Ali radiyallahu ‘anhu, dan kilat adalah alamatnya...
Adullah bin Saba' juga menyiarkan fitnah bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meninggal, para shahabat kembali menjadi kafir kecuali tiga orang, kaum muslimin sepakat untuk menyingkirkan Ali radiyallahu ‘anhu dengan mengangkat Abu Bakar, kemudian Umar, Kemudian Ustman sebagai khalifah. Dia menuduh para shahabat telah merebut kekuasaan dari tangan Ali radiyallahu ‘anhu dan anak-anaknya.
BAGAIMANAKAH SIKAP ALI TERHADAP PENGIKUT SABA'IYAH INI
Amirul Mukminin Ali radiyallahu ‘anhu ketika mendengar perkataan Abdullah bin Saba' ini tentang dirinya sangat marah, lalu ia memanggil Abdullah bin Saba'. Abdullah bin Saba' mengaku dengan mengatakan; ”Benar, engkau adalah Allah.” Amirul Mukminin berkata, “Kamu sudah dikuasai syetan. Tinggalkanlah ajaranmu dan bertaubatlah wahai orang yang celaka.”
Setelah itu Ali radiyallahu ‘anhu memerintahkan agar Abdullah bin Saba' untuk dibakar, namun kaum Rafidhah (Syi'ah) bersatu dalam menolak keputusan Ali dan mengatakan agar Abdullah bin Saba' dibuang saja. Karena suhu politik pada masa itu masih kacau, Abdullah bin Saba' diasingkan ke Mada'in dan diperintahkan untuk tidak menyiarkan ajarannya. Setelah itu Amirul Mukminin Ali radiyallahu ‘anhu mengambil tindakan keras terhadap orang yang masih menyiarkan ajaran Saba'iyah ini. Sebagian dari mereka ada yang diusir, sebagian lagi ada yang dibunuh dengan pedang atau dengan dibakar hidup-hidup.
Dihadapan pengikutnya Amirul Mukminin Ali radiyallahu ‘anhu menerangkan bahwa ia hanyalah seorang hamba Allah yang taat kepada Tuhannya.
Maka barangsiapa yang diketahui mereka adalah pengikut Saba'iyah maka mereka akan dijatuhi dengan hukuman bakar.  Dalam khotbahnya Imam Ali berkata, “Mengapa ada orang-orang yang memperkatakan terhadap dua orang pemuka Quraisy dan bapak kaum Muslimin, hal-hal yang saya sendiri jauh dari pandangan serta berlepas diri dari
apa yang mereka katakan, dan aku akan menghukum orang yang memperkatakannya. Demi Allah yang menumbuhkan biji dan menciptakan jiwa, tidak mencintai mereka kecuali orang mukmin yang takwa, dan tidak membenci mereka kecuali orang durhaka dan rendah moral ...”
Berhubung dengan sikap Ali radiyallahu ‘anhu yang keras terhadapgolongan Saba'iyah ini, maka para pengikut Saba'iyah terpaksa menyembunyikan keyakinan mereka, dan mulailah mereka menyiarkan ajaran mereka dengan cara sembunyi-sembunyi dengan memakai kedok “At-Taqiyah”
Namun setelah Ali radiyallahu ‘anhu terbunuh oleh Abdurrahman Al Muljam, maka Abdullah bin saba' keluar dari Madain dan mulai menyebarkan ajarannya bahkan mereka menambah kesesatannya dengan mengatakan bahwa Ali tidak mati dan tidak dibunuh. Ia tidak akan mati sehingga ia menggiring bangsa Arab dengan tongkatnya dan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezaliman.”
Syi’ah Sekarang
Revolusi Iran adalah revolusi Syi'ah. Dan kefanatikan kepada Imam mereka tidak dapat dilukiskan, mereka telah menuliskannya dalam buku-buku mereka dan menyiarkannya ke seluruh dunia tanpa tedeng aling. Khomeini mengatakan ke seluruh dunia bahwa imam-imam Syi'ah adalah sederajat dengan Allah yang Maha Pencipta. Dalam bukunya “Al-Hukumah Islamiyah”, ia menulis: Ajaran-ajaran Imam Itu seperti ajaran Al-Qur'an, harus kita ikuti dan kita jalankan... Imam itu mempunyai derajat yang tinggi, kedudukan yang terpuji, kekuasaan alamiyah yang kepadanya semua atom dunia ini tunduk... Imam-imam Syi'ah adalah tuhan-tuhan yang memiliki sifat-sifat Tuhan, yang tidak ngantuk dan tidak tidur”
Lebih dari seribu ulama telah menjatuhkan hukuman murtad dan kafir kepada kepada Khomaini ini pada Muktamar Islam ke Tiga yang diadakan oleh Rabithah Alam Islami di Mekkah Tanggal 18–22 Safar 1408 H. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah juga sependapat dengan Ijma' tersebut, karena Khomeini telah menentang nash-nash Al-Qur'an yang jelas.
Abu Umar Abdul Aziz
Maraji’:
  1. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Gerakan Syi'ah Oleh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir
  2. Tikaman Syi'ah Terhadap Para Shahabat Nabi Oleh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir
  3. Virus Syi'ah Oleh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir
  4. Pengkhianatan-Pengkhianatan Syi'ah dan Pengaruhnya Terhadap kekalahan Umat Islam Oleh Dr. Imad Ali Abdus Sami'
  5. Hakikat Akidah Syi'ah Oleh Dr. Muhammad kamil al-Hasyimi
  6. Mengapa saya keluar dari Syi'ah? Oleh Dr. Sayid Husein Al-Musawi
sumber :
http://www.akhirzaman.info/islam/syiah/1825-sejarah-agama-syiah.html

Copyright @ 2013 Forum Pelajar dan Mahasiswa Ahli Sunnah Indonesia.